Model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan di Indonesia, walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan guru enggan menerapkan sistem kerjasama di dalam kelas karena beberapa alasan : alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak dan siswa tidak belajar jika mereka di tempatkan dalam grup. Salah satu contohnya adalah dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ). CBSA merupakan suatu istilah (Sudjana : 1996), istilah lain yang bermakna dengan Student Active Learning ( SAL ).
Model Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif bertukar pikiran dengan sesamanya dalam memahami suatu materi pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolabotratif. Belajar kooperatif menekankan pada kerjasama saling membantu dan berdiskusi bersama dalam menyelesaikan tugas- tugas yang di berikan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Hulten dan De Vries ( Listya : 2006 : 11 ) menunjukkan bahwa : “ Kerja kelompok membuat siswa bersemangat untuk belajar aktif untuk saling menampilkan diri atau berperan diantara teman sebayanya “.
Menurut Slavin ( Listya, 2006 : 11 ) : Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat orang sampai enam orang, dengan struktur kelompok yang heterogen.
Menurut Parker ( Damayanti, 2002 : 3 ) dinyatakan bahwa :
Pembelajaran kooperatif adalah lingkungan pembelajaran di kelas dimana siswa bekerja bersama-sama dalam kelompok kecil yang heterogen untuk mengerjakan tugas .
Menurut Johnson-Johnson ( Haryanto, 2000 : 18 ) dinyatakan bahwa :
Belajar kooperatif adalah suatu model diskusi yang dibimbing oleh guru terdiri dari beberapa kelompok di dalam kelas, satu kelompok terdiri dari empat atau lima orang siswa.
Belajar kooperatif adalah suatu model diskusi yang dibimbing oleh guru terdiri dari beberapa kelompok di dalam kelas, satu kelompok terdiri dari empat atau lima orang siswa.
Menurut Sunal dan Hans ( Listya, 2006 : 11 ) dinyatakan bahwa :
Model pembelajaran Kooperatif yaitu suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus di rancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama berlangsungnya proses pembelajaran.
Menurut Sutisna ( Listya : 2006 :12) menyatakan bahwa :
“ Model pembelajaran kooperatif memilki dampak yang lebih positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya bila di bandingkan dengan cara Belajar Individual. Dari hasil observasi lapangan melalui wawancara terhadap subyek penelitian diperoleh temuan bahwa belajar melalui kerja kelompok sangat bermanfaaat bagi mereka karena dapat memecahakan masalah pelajaran bersama-sama, lebih mudah memahami pelajaran, terjadi tukar pikiran dengan teman dan muncul keberanian untuk berbicara .
“ Model pembelajaran kooperatif memilki dampak yang lebih positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya bila di bandingkan dengan cara Belajar Individual. Dari hasil observasi lapangan melalui wawancara terhadap subyek penelitian diperoleh temuan bahwa belajar melalui kerja kelompok sangat bermanfaaat bagi mereka karena dapat memecahakan masalah pelajaran bersama-sama, lebih mudah memahami pelajaran, terjadi tukar pikiran dengan teman dan muncul keberanian untuk berbicara .
Menurut Johnson- Johnson ( Lie, 2006 : 7 ) menunjukkan bahwa “ Suasana belajar Coopertive Learning mengahasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa “.
Menurut Loning ( Listya, 2006 : 12 ) Menyatakan bahwa keberhasilan model pembelajaran kooperatif ditentukan oleh 5 faktor, yakni :
- Terciptanya Interpedensi positif antar siswa
- Adanya hubungan harmonis siswa
- Terciptanya tukar pikiran yang di landasi pertanggung jawaban Individu
- Adanya siswa yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan siswa lainnya dalam setiap kelompok kecil.
- Adanya proses yang menunjang kegiatan kelompok
Tidak berbeda dengan Loning, Roger dan Johnson ( Lie, 2002 : 31 ) menyatakan bahwa : “ Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Coopertive Learning " .
Untuk mencapai hasil yang maksimal, 5 unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan seperti berikut, yaitu :
Saling Ketergantungan Positif : Dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat tergantung dari usaha setiap anggotanya. Oleh karenanya, antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya saling membutuhkan. Setiap siswa bekerja demi tercapainya tujuan yang sama.
Tanggung jawab Perseorangan : Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.
Tatap Muka : Setiap kelompok harus di berikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan Interaksi ini akan memberikan para siswa untuk dapat membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggotanya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman keluarga, sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi personal.
Komunikasi Antar Anggota : Tidak setiap siswa mempunyai keahlian seperti ini. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung dari kemampuan mereka dalam mengutarakan pendapat dan kesediaan para anggoatanya untuk saling mengahrgai pendapat anggota yang lain.
Evaluasi Proses Kelompok : Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk menevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama lebih efektif.
Menurut Slavin ( Yusuf, 2003 : 12 ) membagi pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe diantaranya adalah : Student Teams Achievement Division ( STAD ), Jigsaw, Team Assisted Individualization ( TAI ), dan Team Games Tournament ( TGT ). Pada dasarnya tipe-tipe dalam pembelajaran kooperatif adalah sama yaitu lebih mengutamakan kerja kelompok.
Secara garis besar tahap-tahap pembelajran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Tahap penyajian materi
2. Tahap Kerja kelompok
3. Tahap Tes individu
4. Tahap Perhitungan nilai perkembangan Individu
5. Tahap penghargaan kelompok
Posting Komentar