Diberdayakan oleh Blogger.
Latest Post

Keberhasilan Kurikulum 2013

Written By Sutama on Selasa, 29 Januari 2013 | 10.51

Sedikitnya ada dua faktor besar dalam ke­ berhasilan kurikulum 2013. Pertama, penen­tu, yaitu kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependi­dik­an (PTK) dengan kurikulum dan buku teks. Kedua, faktor pendukung yang terdiri dari tiga unsur; (i) ketersediaan buku sebagai ba­han ajar dan sumber belajar yang mengintegrasikan standar pem­bentuk kurikulum; (ii) penguatan peran pemerintah da­am pembinaan dan penga­wasan; dan (iii) penguatan ma­naj­emen dan budaya sekolah.
iklan5-skema2
iklan5-skema1
Berkait dengan faktor perta­ma, Kemdikbud sudah mende­sain­­ strategi penyiapan guru se­­bagaimana digambarkan pa­da skema penyiapan guru yang me­ibatkan tim pengembang kurikulum di tingkat pusat; instruktur diklat terdiri atas unsur dinas pendidikan, dosen, widya­swara, guru inti, pengawas, ke­­pala sekolah; guru uta­ma me­iputi guru inti, penga­was, dan kepala sekolah; dan guru mereka terdiri atas guru kelas, guru mata pelajaran SD, SMP, SMA, SMK.
Pada diri guru, sedikitnya ada empat aspek yang harus di­beri perhatian khusus dalam rencana implementasi dan ke­terlaksanaan kurikulum 2013, yaitu kompetensi pedagogi; kompetensi akademik (keilmuan); kompetensi sosial; dan kompetensi manajerial atau kepemimpinan. Guru sebagai ujung tombak penerapan kurikulum, diharapkan bisa menyiapkan dan membuka diri terhadap beberapa kemung­kinan terjadinya perubahan.
Kesiapan guru lebih penting­ daripada pengembangan kuri­kulum 2013. Kenapa guru menjadi penting? Karena dalam kurikulum 2013, bertujuan mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,­ dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), terhadap apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah mene­rima materi pembelajaran.
iklan5-gbr1
Melalui empat tujuan itu diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Disinilah guru berperan be­sar di dalam mengimplementa­sikan tiap proses pembelajaran pada kurikulum 2013. Guru ke depan dituntut tidak hanya cer­das tapi juga adaptip terhadap perubahan.

Sumber: www.kemdiknas.go.id

Uji Publik Kurikulum 2013: Penyederhanaan, Tematik-Integratif

Pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan dalam empat tahap. Pertama, penyusunan kurikulum di lingkungan internal Kemdikbud dengan melibatkan sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu dan praktisi pendidikan. Kedua, pemaparan desain Kurikulum 2013 di depan Wakil Presiden selaku Ketua Komite Pendidikan yang telah dilaksanakan pada 13 November 2012 serta di depan Komisi X DPR RI pada 22 November 2012. Ketiga, pelaksanaan uji publik guna mendapatkan tanggapan dari berbagai elemen masyarakat. Salah satu cara yang ditempuh selain melalui saluran daring (on-line) pada laman http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id , juga melalui media massa cetak. Tahap keempat, dilakukan penyempurnaan untuk selanjutnya ditetapkan menjadi Kurikulum 2013.
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.
Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.
Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat.

Menambah Jam Pelajaran
Strategi pengembangan pendidikan dapat dilakukan pada upaya meningkatkan capaian pendidikan melalui pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi; efektivitas pembelajaran melalui kurikulum, dan peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru; serta lama tinggal di sekolah dalam arti penambahan jam pelajaran.
gambar1
skema1
Skema 1. menyajikan tentang Strategi Peningkatan Efektivitas Pembelajaran. Sedang gambar 1. menggambarkan tentang strategi meningkatkan capaian pendidikan, yang digambarkan melalui sumbu x (efektivitas pembelajaran melalui kurikulum, dan peningkatan kompetensi dan prefesionalitas guru), y (pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi) dan z (lama tinggal di sekolah dalam arti penambahan jam pelajaran).
Rasionalitas penambahan jam pelajaran dapat dijelaskan bahwa perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan penambahan jam pelajaran. Di banyak negara, seperti AS dan Korea Selatan, akhirakhir ini ada kecenderungan dilakukan menambah jam pelajaran. Diketahui juga bahwa perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat. Bagaimana dengan pembelajaran di Finlandia yang relatif singkat. Jawabnya, di negara yang tingkat pendidikannya berada di peringkat satu dunia, singkatnya pembelajaran didukung dengan pembelajaran tutorial yang baik.
Penyusunan kurikulum 2013 yang menitikberatkan pada penyederhanaan, tematik-integratif mengacu pada kurikulum 2006 di mana ada beberapa permasalahan di antaranya; (i) konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak; (ii) belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (iii) kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; (iv) belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; (v) standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (vi) standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan (vii) dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.
skema2
skema3
Skema 2 menggambarkan tentang kesenjangan kurikulum yang ada pada konsep kurikulum saat ini dengan konsep ideal. Kurikulum 2013 mengarah ke konsep ideal. Sedang skema 3 menjelaskan alasan terhadap pengembangan kurikulum 2013.

Sumber: http://www.kemdiknas.go.id

Struktur Kurikulum 2013

Dalam teori kurikulum (Anita Lie, 2012) keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum --termasuk pembelajaran-- dan penilaian pembelajaran dan kurikulum.
Struktur kurikulum dalam hal perumusan desain kurikulum, menjadi amat penting. Karena begitu struktur yang disiapkan tidak mengarah sekaligus menopang pada apa yang ingin dicapai dalam kurikulum, maka bisa dipastikan implementasinya pun akan kedodoran.
iklan4-gbr1
iklan4-tabel1
iklan4-tabel2
Pada titik inilah, maka penyampaian struktur kurikulum dalam uji publik ini menjadi penting. Tabel 1 menunjukkan dasar pemikiran perancangan struktur kurikulum SD, minimal ada sebelas item. Sementara dalam rancangan struktur kurikulum SD ada tiga alternatif yang di mesti kita berikan masukan.

iklan4-tbl2 Di jenjang SMP usulan rancangan struktur kurikulum diperlihatkan pada tabel 2. Bagaimana dengan jenjang SMA/SMK? Bisa diturunkan dari standar kompetensi lulusan (SKL) yang sudah ditentukan, dan juga perlu diberikan masukan.
Tiga Persiapan untuk Implementasi Kurikulum 2013
ADA pertanyaan yang muncul bernada khawatir, dalam uji publik kurikulum 2013? Persiapan apa yang dilakukan Kemdikbud untuk kurikulum 2013? Apakah sedemikian mendesaknya, sehingga tahun pelajaran 2013 mendatang, kurikulum itu sudah harus diterapkan. Menjawab kekhawatiran itu, sedikitnya ada tiga persiapan yang sudah masuk agenda Kementerian untuk implementasi kurikulum 2013. Pertama, berkait dengan buku pegangan dan buku murid. Ini penting, jika kurikulum mengalami perbaikan, sementara bukunya tetap, maka bisa jadi kurikulum hanya sebagai “macan kertas”.
Pemerintah bertekad untuk menyiapkan buku induk untuk pegangan guru dan murid, yang tentu saja dua buku itu berbeda konten satu dengan lainnya.
Kedua, pelatihan guru. Karena implementasi kurikulum dilakukan secara bertahap, maka pelatihan kepada guru pun dilakukan bertahap. Jika implementasi dimulai untuk kelas satu, empat di jenjang SD dan kelas tujuh, di SMP, serta kelas sepuluh di SMA/SMK, tentu guru yang diikutkan dalam pelatihan pun, berkisar antara 400 sampai 500 ribuan.
Ketiga, tata kelola. Kementerian sudah pula mnemikirkan terhadap tata kelola di tingkat satuan pendidikan. Karena tata kelola dengan kurikulum 2013 pun akan berubah. Sebagai misal, administrasi buku raport. Tentu karena empat standar dalam kurikulum 2013 mengalami perubahan, maka buku raport pun harus berubah.
Intinya jangan sekali-kali persoalan implementasi kurikulum dihadapkan pada stigma persoalan yang kemungkinan akan menjerat kita untuk tidak mau melakukan perubahan. Padahal kita sepakat, perubahan itu sesuatu yang niscaya harus dihadapi mana kala kita ingin terus maju dan berkembang. Bukankah melalui perubahan kurikulum ini sesungguhnya kita ingin membeli masa depan anak didik kita dengan harga sekarang.

Sumber: http://www.kemdiknas.go.id

PENINGKATAN KOMUNIKASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA SMP



Oleh
Yhunika Lutvi Marisha1 dan Sutama2
1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS,yhunika.marisha@gmail.com
2Staf Pengajar UMS Surakarta, sutama_mpd@yahoo.com

Abstrak
           Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan komunikasi dan hasil belajar matematika bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kartasura dengan strategi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika. Penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas. Sumber data guru dan siswa. Teknik pengumpulan data observasi, tes, catatan lapangan dan dokumentasi. Data
dianalisis secara komparatif dan interaktif. Keabsahan data dengan triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian, pertama penerapan strategi pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIE SMP Negeri 2 Kartasura. Kedua peningkatan komunikasi belajar matematika yaitu (a) siswa yang mampu menyatakan ide matematika dari kondisi awal 9,1% siklus I 31,45% dan siklus II 73,6%, (b) siswa yang mampu menggambarkan ide ke dalam model matematika dari kondisi awal 6,1% siklus I 36,2% siklus II 79,6%, (c) siswa yang mampu menuliskan ide matematika dalam bentuk visual dari kondisi awal 18,2% siklus I 50,35% siklus II 83,1%, dan (d) siswa yang mampu menjelaskan konsep matematika dari kondisi awal 9,1% siklus I 33,05% siklus II 70,1%. Ketiga peningkatan hasil belajar matematika dari
kondisi awal 35,71%, siklus I 61,3% siklus II 76,7%.

Kata Kunci: komunikasi, hasil belajar, kontekstual

Selengkapnya silahkan download: Klik Disini

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI PERMAINAN DHAKON


Oleh: Farida Yuliati
Guru SLB B YPALB Karanganyar
E-Mail: farida_421@yahoo.co.id

Abstrak
         Tujuan penelitian ini untuk meningkatan penguasaan konsep bilangan bagi anak tunarungu kelas 1 SLB – B melalui permainan dhakon. Subyek penenlitian 4 siswa kelas 1 SLB – B YPALB Karanganyar. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Validitas data menggunakan trianggulasi sumber dan metode. Analisis data deskriptif kualitatif. Hasil penelitian siklus 1,
Terdapat perubahan nilai hampir pada setiap anak. Perubahan nilai satu angka terjadi pada 3 orang anak. Perubahan nilai dua angka terjadi pada 1 orang anak.
Rata-rata nilai anak 6, sehingga berada pada rentang 40%<P≤60% dengan kategori pencapaian indikator kinerja cukup. Meskipun mengalami kenaikan nilai, tetapi masih ada 1 anak yang nilainya dibawah 6 (KKM). Pada siklus 2 terdapat perubahan nilai pada setiap anak. Perubahan nilai satu terjadi pada 2 anak. Perubahan nilai dua angka terjadi pada 3 anak. Tidak ada nilai dibawah 6
(KKM). Rata-rata nilai anak 7,5 sehingga berada pada rentang 60%<P≤80% dengan kategori pencapaian indikator kinerja tinggi. Pada siklus kedua kenaikan nilai sudah sesuai indikator kinerja yang ditetapkan 60%<P≤80% atau ‘tinggi’. Kesimpulan penelitian, ada peningkatan penguasaan konsep bilangan bagi siswa kelas I SLB-B YPALB Karanganyar setelah dilakukan tindakan melalui
permainan dhakon.

Kata kunci : Konsep bilangan, anak tunarungu, permainan, dhakon
Selengkapnya silahkan download: Klik Disini

KETERAMPILAN GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


KETERAMPILAN GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD NEGERI CEMARA 2
SURAKARTA

Oleh:
Rosidah Aliim Hidayat
Pendidikan Guru Sekolah Dasar UST
Jl. Batikan,Tuntungan UH III/1043 Umbulharjo Telp.(0274) 7009648 Yogyakarta
55167Rosidahaliim@yahoo.co.id

Abstrak
         Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan guru SD bersertifikat pendidik dalam (1) perencanaan pembelajaran matematika, (2) pelaksanaan pembelajaran matematika, dan (3) evaluasi. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan desain etnografi; subyek penelitian kepala sekolah, guru dan siswa di SD N Cemara 2 Surakarta tahun 2011/2012; teknik pengumpulan data, metode wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi; teknik analisis data, model alur; keabsahan data, triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian, (1) keterampilan guru dalam perencanaan menyusun indikator sesuai dengan taraf perkembangan siswa hanya saja motivasi dan minat siswa kurang diperhatikan oleh guru. Pemberian materi dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran materi konsep, siswa diajak aktif agar mampu memperoleh konsep materi yang diajarkan. Guru menyesuaikan metode dengan karakteristik siswa (menggunakan permainan). Penilaian dideskripsikan mulai dari awal sampai akhir, hal tersebut disebabkan orangtua selalu memantau perkembangan anaknya, (2) keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan cara menyiapkan peralatan yang akan digunakan di kelas. Pengajuan pertanyaan dalam apersepsi kurang menantang. Kurang mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang masih relevan. Wakil salah satu siswa maju membuat rangkuman belajar dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari, dan (3) keterampilan guru dalam evaluasi mampu memahami hasil belajar masing-masing siswa, baik afektif dan psikomotorik serta kognitif.

Kata Kunci: keterampilan, sertifikat, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
Selengkapnya silahkan download: Klik Disini

PENERAPAN METODE EDUTAINMENT HUMANIZING

=
PENERAPAN METODE EDUTAINMENT HUMANIZING THE CLASSROOM DALAM BENTUK MOVING CLASS SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
OLEH: SRI DARWATI,S.Pd.M.Pd

Abstrak
          Penelitian dengan penerapan metode edutainment humanizing the classroom mini, bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dan memberdayakan sarana prasarana yang ada agar pembelajaran menyenangkan.Penelitian ini di laksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara. Tektik analisis data menggunakan reduksi data, sajian data danVerifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode edutainment humanizing the classroom dengan melengkapi alat peraga, yang tertata pada museum mini di setiap ruang mata pelajaran, penataan tempat duduk siswa dengan berbagai formasi sesuai dengan kebutuhan sehingga pembelajaran sangat menyenangkan bagi siswa. Peningkatan Prestasi belajar siswa sangat nyata.
Berdasarkan data, kelulusansiswa 100%. Demikian juga prestasi belajar siswa kelas X dan XI, berdasarkan analisa peneliti pada laporan hasil belajar siswa 89,9% siswa telah tercapai atau tuntas untuk semua kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran. Inti dari proses pembelajaran di kelas, siswa bersemangat, antusias, dan menyenangkan dalam mengikuti pelajaran, tidak merasa terbebani
dan menjadikan pembelajaran di kelas sebagai sesuatu yang menakutkan.

Kata Kunci : Metode edutainment, Humanizing the classroom, Moving class, prestasi belajar.


Selengkapnya silahkan download: Klik Disini
 
Support : Creating Website | Sutama | P3TM
Copyright © 2011. Mathematics - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by NsiDesign
Proudly powered by Blogger

Selamat Datang

Selamat datang di "BLOG MATHEMATICS", saya harap anda senang berada diblog sederhana ini. dan berharap Anda sering datang kembali. Silahkan anda mencari hal-hal yang baru di blog saya iniSelengkapnya

Sepintas Tentang Saya :

Nama saya Sutama saya seorang dosen yang bertugas di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Social Stuff

Info