Home » , » Strategi pembelajaran kontekstual

Strategi pembelajaran kontekstual

Written By Sutama on Jumat, 04 Januari 2013 | 12.36

Strategi pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching & Learning merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat
makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka (Elaine, 2011: 67).
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik
dan bertujuan membentu siswa untuk memahami makna materi yang dipelajarinya
dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari,
sehingga siswa memiliki pengetahuan / keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan / konteks ke permasalahan / konteks
yang lain (Depdiknas, 2006). Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Sahana (2009:
67) strategi pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran
holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami
bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks
kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial,
ekonomi, maupun kultural.
Wina Sanjaya (2008: 254) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara peuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sedangkan menurut Iif
Khoiru Ahmadi dkk (2011: 80) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyatadan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya secara teoritis dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa CTL (Contextual
Teaching Learning) adalah sebuah sistem pembelajaran yang mengaitkan materi
yang dipelajari dengan konteks kehidupan nyata siswa.
Strategi pembelajaran kontekstual ini meliputi delapan komponen, yaitu
membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang
berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama,
berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang,
mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.
Wina Sanjaya (2008: 256) menyebutkan bahwa pembelajaran kontekstual
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activing knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan
diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yag memiliki keterkaitan satu
sama lain.
2) Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahua baru itu
diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan
mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini,
misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan
yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan.
4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),
artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku
siswa.
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan
dan penyempurnaan strategi.
Tujuh komponen pembelajaran kontekstual adalah (1) constructivisme, (2)
inquiry, (3) questioning, (4) learning community, (5) modelling, (6) reflection, dan
(7) authentic assessment (Wina Sanjaya, 2008: 264).
Constructivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Dalam asas
konstrukticisme ini, siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan
sendiri melalui pengelaman nyata.
Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan
penemuan melaui proses berpikir secara sistematis. Penerapan asas ini dimulai
dari kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Guru harus
mendorong siswa untuk memecahkan masalah, kemudian siswa mengajukan
hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan.
Selanjutnya siswa melakukan observasi hipotesis tersebut untuk mengumpulkan
data. Data yang terkumpul tersebut diuji hipotesisnya untuk merumuskan
kesimpulan. Berdasarkan proses berpikir yang sistematis seperti di atas,
diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, da logis, yang kesemuanya itu
diperlukan sebagai dasar pembentuk kreativitas.
Questioning merupakan refleksi dari keingintahuan setiap individu. Dalam
strategi pembelajaran kontekstual, guru tiadak menyampaikan informasi begitu
saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Guru dapat
membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang
dipelajarinya melalui pertanyaan-pertanyaan. Oleh karena itu, kemapuan guru
untuk mengembangkan teknik-teknik bertanya sangat diperlukan.
Learning community dalam strategi pembelajaran kontekstual menyarankan
agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain.
Kerjasama dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar
secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Setiap orang
bisa terlibat, saling membelajarkan, bertukar informasi, dan bertukar pengalaman.
Modelling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu
sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Modelling ini dapat
menjadikan siswa terhindar dari pembelajaran yang teoristis-abstrak yang dapat
memungkinkan terjadinya verbalisme.
Reflection adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari
yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau
peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah
dipelajaranya pada setiap akhir proses pembelajaran. Siswa secara bebas dapat
mnafsirkan pengalamanya sendiri, sehingga dapat menyimpulkan tentang
pengelaman belajarnya.
Authentic assessment adalah proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkambangan belajar yag dilakukan siswa.
penilaian ini dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran yang
dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Strategi pembelajaran kontekstual yang akan digunakan adalah strategi
pembelajaran kontekstual berdasarkan masalah secara berkelompok. Supinah
(2008: 11) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran kontekstual berdasarkan
masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar melalui berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensi dari materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa strategi
pembelajaran kontekstual berdasarkan masalah secara berkelompok merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata yang
diselesaikan secara berkelompok sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
melalui berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah dalam rangka
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
Supinah dan Titik Sutanti (2010: 44) mengemukakan langkah-langkah
dalam strategi pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
1) Orientasi siswa pada situasi masalah
2) Mengorganisasi siswa untuk belajar
3) Mebimbing penyelidikan individual maupun kelompok
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Keunggulan strategi pembelajaran kontekstual meliputi 1) strategi
pembelajaran kontekstual memberi kesempatan siswa untuk menemukan makna
dan arti diri dalam pelajaran akademik dengan benar-benar mengaitkan pekerjaan
sekolah dengan kehidupan sehari-hari dan minat siswa, 2) strategi pembelajaran
kontekstual dapat digunakan oleh semua siswa baik yang sangat berbakat maupun
siswa yang mengalami kesulitan belajar, 3) strategi pembelajaran kontekstual
merupakan strategi yang sangat menarik di antara banyak metode pengajaran
lainnya, 4) strategi pembelajaran kontekstual memberikan kesempatan kepada
semua siswa untuk mengembangkan harapan mereka, untuk mengembangkan
bakat mereka, dan mengetahui informasi terbaru, serta menjadi anggota sebuah
masyarakat demokrasi yang cakap.
e. Penerapan strategi kontekstual dalam pembelajaran matematika
Nina Nurhasanah (2009) menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual
merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkan dengan situasi kehidupan yang nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Prosedur dari strategi pembelajaran kontekstual pada materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) adalah sebagai berikut.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Sutama | P3TM
Copyright © 2011. Mathematics - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by NsiDesign
Proudly powered by Blogger

Selamat Datang

Selamat datang di "BLOG MATHEMATICS", saya harap anda senang berada diblog sederhana ini. dan berharap Anda sering datang kembali. Silahkan anda mencari hal-hal yang baru di blog saya iniSelengkapnya

Sepintas Tentang Saya :

Nama saya Sutama saya seorang dosen yang bertugas di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Social Stuff

Info